Wednesday, August 3, 2011

Bagaimana Memilih UPS

Kring, selamat pagi Pak. Saya petugas IT dari Unit X, kami mempunyai masalah setiap PLN mati, seluruh komputer juga mati, padahal kami baru ganti UPS, karena UPS yang lalu sudah tidak berfungsi lagi. Begitu pula dengan ATM kami di pasar matungkas, sering mati, sehingga kami setiap saat selalu datang ke sana untuk menghidupkan kembali. Apa yang bisa saya lakukan Pak ?

Kring, selamat pagi Pak, saya dari KCP Y, saat ini kanca kami tidak dapat online karena modem VSATnya rusak. Kami sudah melaporkan ke providernya dan sudah datang ke tempat kami, namun mereka tidak mau ganti modemnya karena grounding UPS kami 22 Volt. Bisa dibantu Pak ?.
Kring, selamat siang Pak, saya dari cabang X, ATM kami setelah kami ganti UPSnya, kok tidak bisa ngangkat ya, padahal kapasitasnya sama dengan UPS sebelumnya.
Ini adalah 3 contoh permasalahan UPS dari puluhan masalah UPS yang sering terjadi.
Memang benar, bahwa teman-teman di unit kerja tidak mengetahui sama sekali tentang UPS. Mereka membeli UPS hanya melihat harga tanpa mengetahui jenis UPS yang dipilih. Kita tidak dapat menyalahkan mereka, karena memang mereka tidak pernah mendapatkan pendidikan tentang UPS.
Dalam tulisan ini, penulis mencoba untuk menguraikan “Bagaimana memilih UPS yang cocok bagi Bank?”. UPS adalah singkatan dari Uninteruptible Power Supply yang berfungsi sebagai backup listrik sementara. Sewaktu listrik PLN mati, listrik diambil alih oleh UPS, menunggu listrik Genset hidup. Dengan demikian, waktu backup UPS tidak terlalu lama, umumnya sekitar 6 s/d 15 menit saja. Ingat, bahwa UPS bukan backup listrik selamanya. Dan unit kerja tetap harus mempunyai genset dan dipastikan dapat hidup dalam selang waktu kemampuan UPS dapat membackup.

Secara rinci, UPS yang baik apabila dapat mengatasi :
-->Power failure, hilangnya daya listrik.
-->Voltage Sag, tegangan listrik tiba-tiba turun (drop out) sesaat.
-->Voltage spike, tegangan listrik tiba-tiba melonjak sesaat.
-->Under Voltage, turunnya tegangan listrik dari batas normal dengan jangka waktu yang lama (lebih dari 1 menit) (Brownout).
-->Over Voltage, meningkatnya tegangan listrik dari batas normal dengan jangka waktu yang lama (lebih dari 1 menit).
-->Line noise dan harmonic distorsion, gangguan distorsi pada gelombang sinyal listrik AC. Gelombang sinyal AC seharusnya berupa gelombang sinusoidal dengan amplitude yang relative tetap, line noise membuat pola gelombang ini terganggu.
-->Frequency Variation, frekuensi listrik yang sering berubah-ubah.
-->Switching Transient, lamanya waktu peralihan listrik dari sumber utama ke batere. Yang bagus apabila waktu peralihan listrik = 0 milidetik.
Lalu bagaimana dengan jenis UPS yang ada di pasar, apakah dapat mengatasi permasalahan di atas ?. mari kita analisa jenis UPS yang ada di pasar satu per satu.
Sebenarnya jenis UPS yang dijual di pasar ada 8 jenis. namun yang paling banyak dijual hanya ada 3 jenis UPS, yaitu :
-->Standby UPS



-->Gambar 1. Standby UPS.


UPS jenis ini paling banyak terdapat di pasaran dan paling banyak dicari karena harganya murah. Di dalam benak orang awam, UPS ini sudah cukup memadai karena mampu membackup listrik. Dalam gambar 1 dapat dilihat bahwa batere merupakan jalur alternative, apabila jalur utama mengalami power failure, under and over voltage. Selama listrik hidup, UPS ini menggunakan jalur utama yang tidak mempunyai proteksi apapun, seperti proteksi terhadap voltage sag, voltage spike, line noise and harmonic distortion dan frequency variation. Agar mampu mengatasi voltage sag dan spike, umumnya ditambahkan AVR (Automatic Voltage Regulator) dan diletakkan di sebelum atau sesudah UPS. Apabila diletakkan disebelum UPS, maka over dan under voltage jarang terjadi di UPS, karena masalah tersebut telah di atasi oleh AVR. Dan apabila ditempatkan di sesudah UPS, maka AVR ini berfungsi untuk mengatasi voltage sag dan spike saja.
Kelemahan UPS tipe ini adalah switching transient (perpindahan jalur dari jalur utama ke jalur alternatif) membutuhkan waktu paling cepat 4 milidetik, sehingga perangkat yang tidak mempunyai kapasitor (penyimpan) listrik akan mati, seperti komputer, ATM dan lain-lain. Umumnya pabrikan untuk mengejar harga murah, mereka menggunakan teknologi switching yang membutuhkan waktu 25 milidetik. UPS jenis ini banyak terdapat di pasaran.


-->Line Interactive UPS

Gambar 2. Line Interactive UPS

Line interactive UPS sama dengan standby UPS. Perbedaannya berada di jalur utamanya, yang telah ditambahkan fungsi AVR (Automatic Voltage Regulator) untuk mengatasi voltage sag dan spike. Jadi lebih aman dibandingkan dengan standby UPS.

On-line UPS
Disebut juga dengan double conversion UPS. Online UPS ini sangat cocok untuk lingkungan yang perangkatnya sangat sensitif terhadap fluktuasi listrik, seperti modem VSAT, MPLS, Hub, ATM, Server. Teknologi UPS ini sama dengan standby UPS atau Line Interactive UPS. Bedanya jalur utamanya menggunakan charger – batere – inverter. Charger adalah pengubah AC – DC, inverter adalah pengubah DC – AC. Artinya listrik yang berupa gelombang AC (bolak balik) diubah oleh charger menjadi gelombang DC (searah) dan disimpan dalam batere. Kemudian gelombang DC dari batere diubah kembali oleh inverter menjadi gelombang AC, sehingga dapat digunakan oleh perangkat. Dengan demikian, harga UPS ini sangat tinggi karena charger, batere dan inverternya didesain untuk beroperasi tanpa henti. Makanya UPS ini disebut double conversion UPS, AC – DC – AC. Dengan desain ini, semua masalah UPS teratasi, terutama tidak ada lagi waktu perpindahan dari jalur utama ke jalur alternatif. Kelemahannya adalah UPS ini menghasilkan panas yang cukup tinggi, sehingga dibutuhkan komponen UPS yang tahan panas dan teknologi pendingin yang canggih. Jalur alternatif digunakan apabila UPS ini overload (beban yang digunakan melampaui kapasitas UPS).
Nah, sampai disini diharapkan teman-teman sudah mengetahui, bahwa kalau beli UPS untuk perangkat komputer aplikasi bank, pilihlah online UPS.
Kira-kira apa lagi sih yang harus diperhatikan dalam membeli online UPS. Berikut adalah fitur penting yang harus dilihat .

-->Grounding
Grounding merupakan unsur penting dalam menginstalasi UPS. Fitur UPS tidak akan berfungsi apabila instalasi grounding tidak dipasang ke UPS. Oleh karena itu, kita perlu mengetahui sistem grounding UPS. Ada UPS yang mengalirkan groundingnya ke bodi UPS, dan ada juga yang sudah terintegrasi dengan sistem kelistrikannya. Untuk mengetahuinya, ukur grounding arus listrik yang masuk UPS, kemudian bandingkan dengan grounding arus listrik yang keluar UPS. Apabila sama, maka groundingnya sudah terintegrasi. Dan UPS ini bisa menjadi suatu pilihan.
-->Power factor.
Power factor adalah perbandingan antara kVA dan kW (kW/kVA) . KVA adalah kapasitas semu, sementara kW adalah kapasitas ril. Analoginya sebagai draft beer atau anggur. Bagian cairan yang dapat diminum dalam gelas adalah kW, sementara cairan dan busanya adalah kVA. Apabila bir ini, dituangkan perlahan-lahan, sehingga busa tidak timbul, maka kW = kVA. Dalam istilah kelistrikannya disebut mempunyai power factor = 1. Apabila dituangkan cepat-cepat, sehingga yang dapat diminum hanya 0,7 bagian, maka disebut mempunyai power factor = 0.7.
Di pasaran, pedagang menjual kVAnya, bukan kWnya. Padahal user membutuhkan kWnya, bukan kVAnya. Inilah yang sering mengecohkan pengguna. Seperti contoh di atas, bahwa UPS 1 kVA tidak mampu lagi untuk mengangkat ATM. Kenapa ? karena UPS yang dibeli mempunyai power factor yang rendah, sehingga kWnya pun rendah dan tidak mampu mengangkat ATM. Kalau UPS itu mempunyai power factor yang tinggi, dipastikan dapat mengangkat ATM.
Power factor yang tinggi akan mengefisiensikan penggunaan listrik di unit kerja. UPS 10 KVA akan menyedot listrik sebesar 10 KVA. Tinggal dilihat berapa besar kW yang dapat digunakan. Apabila UPS itu mempunyai power factor 0.6, berarti kW yang dapat digunakan hanya 6 kW. Apabila mempunyai power factor 0.9, Kw yang dapat digunakan 9 kW. Artinya dengan power factor yang tinggi, maka pemakaian listrik di uker tidak boros.
Setiap peningkatan power factor 0.1 akan meningkatkan panas sebesar 10% yang berakibat teknologi pendingin UPS pun harus dibuat canggih ; dan kapasitas charger dan inverter lebih besar dan tahan terhadap panas. Disinilah yang mengakibatkan kenapa ada UPS yang murah dan mahal. Jadi power factor menentukan harga dari suatu UPS. Makin besar power factornya, maka semakin mahal harganya, namun semakin efisien penggunaan listriknya.
Saat ini, teknologi perangkat komputer sudah semakin canggih, sehingga power factornya pun sudah sangat tinggi, rata-rata sebesar 0.95 – 0.97, mendekati 1, sehingga dapat dikatakan rata komputer mempunyai kW = kVA. Oleh karena itu, UPS yang dibeli penting untuk menanyakan power factornya.
Sebagai tambahan informasi, bahwa UPS dikatakan overload apabila pemakaian kapasitas rilnya telah mencapai 90%. Apabila melewati kapasitas tersebut, maka sistem UPS akan berpindah ke jalur alternatif. Contoh : UPS 1 KVA yang mempunyai power factor 0.8 akan mempunyai kapasitas ril maksimum sebesar 0,72 kW. Cukup buat ATM yang mempuyai kapasitas ril sebesar 0,6 kW. Tapi tidak akan cukup, apabila menggunakan UPS 1 KVA dengan power factor 0.6 yang hanya mempunyai kapasitas ril maksimum sebesar 0.54 kW.
-->Voltage tolerance input
Voltage tolerance input adalah toleransi tegangan yang dapat diterima oleh suatu alat. Apabila UPS tersebut mempunyai toleransi tegangan yang lebar, misalnya 160 – 280 Volt, maka fungsi charger (AC – DC) tidak akan cepat rusak. Charger yang bagus apabila mempunyai toleransi tegangan yang lebar, namun kebanyakan UPS yang ada di pasaran mempunyai toleransi tegangan yang sempit untuk menekan biaya produksi. Dalam memilih UPS, sebaiknya mengenal terlebih dahulu karakteristik tegangan di lokasi yang ingin dipasang UPS. Bila mempunyai fluktuasi tegangan yang lebar, maka belilah UPS yang mempunyai karakter ini.

No comments:

Post a Comment